RSS

Beauty and The Beast

Halo halo hai pembaca blogku yang tercinta!

Pernah gak sih kalian ngeliat seseorang yang diidolain habis-habisan karena orang tersebut cantik/ganteng?
Daaan pernah gak sih kalian ngeliat seseorang yang dibully habis-habisan karena tampang orang tersebut ehmm... di bawah standart?
Ya, aku yakin pasti kalian pernah lihat lah walaupun cuma sekali atau dua kali..
Di zaman sekarang ini, aku sering banget lihat orang yang tampangnya cantik/ganteng, walaupun sikapnya kacau, gak sopan, semaunya sendiri, belagu, pinter juga nggak, dengan gampangnya dapet fans yang tiap hari ngemention sang idola 'dah makan belum? Jan mogok makan ya ntar sakit' atau 'aduuuh lucuk bgt siii idola aku yg satu ini' dlsb dlsb kata-kata sok manis yang sebenernya kalo dibaca-baca bikin eneg...
Truus aku juga sering banget lihat orang yang tampangnya hmmm gitulah, diperlakukan semena-mena oleh temen-temennya, kalo aku peribahasain sih, orang yang tampangnya hmm itu, mau bernafas aja udah disalah-salahin sama orang-orang di sekitarnya, apalagi mau hidup? upload selfie, baru semenit juga udah pada komentar 'jelek bgt si lu' atau 'orang kayak gini wajahnya kaya pantat wajan, ke laut aje lu',, dan komentar-komentar jahat lainnya..
It seems so unfair.
Helloo, kalian gak bisa ngejudge orang lain cuma dari tampang, bro, sist. Sesungguhnya, kalo kita amati sekarang, orang yang dianggap 'cantik' sekarang adalah orang yang berkulit putih, alis tebal, hidung mancung, wajah berseri-seri, plus bibir sexy (?), dan sebenernya semua itu bisa didapatkan hanya dengan...make up. Jadi sebenernya yang kalian bilang cantik itu orangnya atau make upnya? #eh :)) Teruus untuk the beast, yang kalian bully habis-habisan itu, apa kalian nggak sadar kalo doa orang yang terdzalimi itu manjur? daan orang yang terdzalimi itu pahalanya bertambah setiap kali dia bisa sabar terhadap orang yang mendzaliminya... Alias dosanya dia pindah ke kalian tapi pahala kalian berkurang :(

Teman temaan, beauty itu nggak bisa dilihat cuma dari luar. Kalian gak bisa membeda-bedakan seseorang cuma karena tampang. Karena sesungguhnya, di mata Allah, cantik ataupun nggak kamu, bukan suatu masalah, kalau kamu buat dosa ya tetep jadi dosa tanpa mandang rupa, kalau kamu lakukan kebaikan ya bakal dapat pahala tak peduli bagaimana rupamu..

"Sesunggunya yang paling mulia di antara kalian di hadapan Allah adalah yang paling bertaqwa di antara kalian"

Allah aja nggak pernah beda-bedain umatnya berdasarkan tampang, padahal Dia yang paling berhak jika berkehendak.. Masa kalian berani lancang beda-bedain orang dari tampang?



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bulan-Bulanan di UGM

Sudah lebih dari empat bulan saya di sini, di universitas yang ‘katanya’ universitas kerakyatan, Universitas Gadjah Mada. Wow, terdengar keren ketika saya-yang otaknya biasa-biasa saja- ini bisa masuk dalam daftar nama mahasiswa yang diterima di universitas tersebut. Banyak yang bertanya-tanya mungkin, tentang saya diterima di jurusan apa? Atau mungkin malah ada yang mengira kalau UGM salah menuliskan nama saya dalam daftar yang diterima lewat SBMPTN?
Semuanya berawal dari mimpi. Mimpi yang memaksa saya untuk membawanya tinggi-tinggi. Mimpi yang membuat saya memimpikan UGM dalam tiap rajut doa-doa saya. Terkadang, rasa minder yang teramat dalam menyerang, apa saya bisa? Dalam perjalanan saya hingga diterima di UGM, saya mengalami banyak jatuh bangun. Jatuh bangun yang paling membuat saya sakit ketika itu adalah ditolak FK-Kedokteran Umum hingga beberapa kali. Sempat juga saya dibuat jatuh ketika ada yang minta main belakang, atau minta saya pindah haluan ke FKG. Tidak. Saya tak mau.
Idealisme saya tetap teguh hingga beberapa kali pendaftaran PTN, saya tetap memilih FK. Sampai suatu kali saya tersadar bahwa FK bukan satu-satunya, saya masih punya harapan lain, selain FKG tentunya. Dalam tiap-tiap doa saya panjatkan agar saya bisa diterima di PTN, dapat jatah satu kursi saja akan saya syukuri, meski bukan di FK, meski bukan pilihan pertama, begitu janji saya. Sampai pengumuman itu tiba……..
Alhamdulillah, saya diterima di S1 Teknik Nuklir UGM, satu-satunya prodi S1 Teknik Nuklir di Indonesia. Ketika itu, Teknik Nuklir bukanlah pilihan pertama saya, hanya pilihan kedua, sempat saya berfikir untuk mundur atau mencoba yang lain, tapi tak akan mudah dan malah berbelit-belit. Akhirnya saya ambil secercah harapan dari UGM yang dibebankan pada saya itu.
Hari-hari berikutnya diisi dengan pendaftaran, mengurus berkas-berkas, pembayaran, dan lain-lain. Senang rasanya walau harus rela bertahan duduk berjam-jam di depan laptop dan komputer untuk kepentingan pendaftaran. Setidaknya usaha-usaha saya yang mengorbankan waktu liburan akhir SMA itu terbayar sudah, di hadapan laptop yang tak kunjung connect dengan internet meskipun sudah direfresh berkali-kali itu.
Masa-masa pendaftaran berakhir sudah sebulan setelahnya. Saya harus segera berkemas, meninggalkan kota tercinta saya, Surabaya, menuju persinggahan baru saya di Jogjakarta. Malam pertama di Jogjakarta, indah sekali. Jogja adalah kota paling romantis yang pernah saya kunjungi, pikir saya kala itu. Mata saya berbinar-binar melihat temaram lampu kota di Jogja. Merenung, bersyukur.
Bulan-bulan kemudian, Jogja mulai menampakkan sisi-sisi lainnya. Bukan lagi ramah dan sopan yang saya temui ketika saya melihat orang-orang Jogja saat ini. Terlalu banyak pendatang, membuat kebanyakan orang Jogja mengikuti gaya hidup mereka. Jogja kota, dulu dan kini yang sangat berbeda.
Mahasiswa-mahasiswi kampus saya -yang dulu saya elu-elukan paling berbeda dari semua universitas di Indonesia- itupun mulai menampakkan celah-celahnya. Mahasiswa-mahasiswi yang dibilang ‘paling merakyat’ itupun kini sudah berubah. Tak usah saya jelaskan kenapa, datanglah ke Jogja, datanglah ke UGM, jawabannya pun sama seperti apa yang dilontarkan presiden kita -yang dulu kuliah di UGM juga- di media baru-baru ini tentang kampus saya.
Bulan-bulanan di UGM, bulan-bulanan di Jogja, bulan-bulanan menjadi anak kost. Pengalaman pertama saya jauh dari orang tua. Siapa sangka anak manja dan menyebalkan seperti saya bisa kuliah jauh dari orang tua, makan secukupnya, dan ada di lingkungan..teknik?
Hmm.. Teknik. Saya hanya bisa tersenyum ketika mengetiknya. Teknik yang dulu saya bilang ‘gak banget’ itu, kini seperti melempar karma pada saya, memaksa saya untuk ikut jadi bagiannya. Teknik, yang membuat saya harus mengerti benar akan perhitungan, membuat saya pegal ketika laporan praktikum harus segera kumpul, membuat saya begadang ketika tugas dijadikan tiket masuk kuliah, dan yang terpenting, membuat saya paham pentingnya bekerja sama dengan orang lain untuk memecahkan masalah.
Nuklir. Aih.. Bom, teroris, mandul, nikah muda, radiasi, begitu kesan pertama mereka ketika tahu bahwa saya masuk Teknik Nuklir UGM. Teknik Nuklir UGM, membuat saya menemukan orang-orang baru yang aneh, unik, lucu.. Terlebih jumlah perempuan yang hanya sembilan di Teknik Nuklir membuat kami terlihat mencolok di kelas. Dengan karakter yang sangat berbeda satu sama lain, kami berusaha lebur, akrab menjadi satu dalam bagian Teknik Nuklir. Dari nuklir saya mengenal banyak orang dari berbagai daerah, mempelajari banyak hal bersama-sama, datang ke pantai yang belum pernah saya lihat sebelumnya secara beramai-ramai, hingga saling dukung ketika event-event tertentu digelar. Teknik nuklir, di sini saya temukan calon orang-orang hebat, seru, dan menyenangkan yang selalu menemani saya dalam tiap hari-hari yang saya jalani.
Bulan-bulanan di UGM, beberapa kali menggoreskan tinta kenangan yang tak kan mudah dilupa. Beberapa peristiwa yang kan saya ceritakan pada anak-cucu saya nanti, peristiwa-peristiwa unik, layak supporter, aksi, ospek, bahkan mengajar anak-anak kecil yang polos dan menggemaskan. Bulan-bulanan di UGM, terasa lama kadang, ketika masalah mulai melanda, laptop&HP rusak karena air, uang habis tepat ketika tanggal akhir dan tabungan belum ditransfer, hingga cincin yang selalu ada di kelingking kanan saya tiba-tiba hilang. Pada akhirnya, baik-buruk, suka-duka, yang saya alami di kampus ini akan menjadi kenangan berharga, yang bisa diceritakan dan dibagi pada siapa saja yang ingin mendengar.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

National Exam of Senior High School!

Ujian Nasional.. Akhirnya aku menuntaskan Ujian Nasional terakhirku.. Seneng sekaligus sedih rasanya :'3 Sedih karena waktu UN banyak yg 'you know what', seneng karna tau aku mau luluuuuus! Yayy!

Sewaktu UN, kondisinya ga beda jauh sama UN sebelumnya (UN SMP), kecurangan di mana", kunci jawaban juga berserakan di mana", kali ini mereka lebih profesional nyonteknya ehehe.. kebacut :') yg bikin sedih adalah karna kita baru tau kalo bobot soalnya ditingkatkan, dan kita tahunya baru pas hari H-nya.. suediiih pol.. Soal-soal UN th sebelumnya yg udah kupelajari pun ga ada yg keluar, kalo ada pun cuma kluar dikit hikz... Model soalnya pun ternyata diganti.. Hmm.. Padahal di tempat les selalu bahas soal dengan model yg itu-itu aja.. Kebayang kan gmn kewalahannya pas UN kmrn.. Tapi gaboleh nyerah dan harus tetep semangat, targetku cuman 'lulus' karna sadar tiap try out nilai rata"ku cuman 5 -_____-

4 hari berlalu, besoknya kita udah libur aja.. besoknya atau lusanya ya? ah bodo amat, lupa, efek kebanyakan libur nih.. pokoknya kita libur.. libur.. libur.. truss 20 Mei akhirnya pengumuman UN keluar...

SMAN 15 SURABAYA LULUS 100%

Alhamdulillaaah, tau kalo sesekolah lulus aja udah seneng bgt bgt bgt :') ga lama kemudian cari" info tentang hasil UN, yaaah ga bagus" amaat rata"ku cuma 7 :( beda jauh sama temen" yg rata"nya 8 :')
Tapi tetep bersyukur.. :) :)
cumaaan sempet dimarahin bgt se sama Ibu gara" aku tau nilai UN jelek, tp gamau ikut les buat sbmptn.. hmm..
Tapi apalah artinya nilai jelek, yg penting LULUS! :D dan akhirnyaa jadi alumni SMAN 15 Surabaya :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

fokus

Berlarilah atau paling tidak berjalanlah.. Jangan berhenti atau diam di tempat, apalagi mundur
Semangat kawan-kawan, Tita mau fokus ujian dulu, posting blognya nanti ya setelah UN, dan SNMPTN/SBMPTN :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS