Betapa mudahnya manusia menertawakan,
mencemooh, dan menghina orang lain tanpa berkaca pada diri sendiri. Bilang
orang lain bodoh, tak berbudaya, miskin, dan jelek, seolah-olah dirinya punya
semua yang orang lain tak punya. Hanya karena salah satu mata kuliah dapat A
tak lantas melegalkanmu untuk bilang bahwa orang lain lebih bodoh darimu. Hanya
karena kau lulus UN dan lolos seleksi perguruan tinggi, tak lantas melegalkanmu
untuk berkacak pinggang dan menengadahkan kepala di hadapan adik-adik kelasmu.
Hanya karena kau dapat uang saku tambahan dari orang tuamu, tak lantas
melegalkanmu untuk berfoya-foya dan menjajakan semuanya dalam satu waktu. Masih
banyak lagi contoh-contoh yang tak mungkin kusebutkan semuanya di sini.
Manusia dengan mudahnya sombong
ketika meraih sedikit saja kesenangan dan kemudahan, begitu kemudian
meremehkan, merendahkan orang lain. Tidak tahu diri. Bukankah ketika kita
mendapat nilai terbaik di kelas, ada nilai yang lebih baik di kelas lain? Di
jurusan lain? Di fakultas lain? Bahkan di universitas terbaik di dunia, ada
yang jauh lebih pintar dengan mendapat nilai sempurna? Lantas mengapa kamu
bilang dia goblok? Bukankah ketika kita dipuji orang-orang terdekat kita,
mereka bilang kita cantik/tampan, ada yang lebih cantik/tampan di desa lain? Di
kota lain? Di negara lain? Bahkan di sekolah model tingkat dunia? Lantas
mengapa kamu bilang dia jelek? Masih banyak lagi bukankah, bahkan, dan lantas
yang tak mungkin kusebutkan semuanya di sini.
Begitu mudahnya manusia besar kepala
ketika dirinya dipuji, disanjung, diperhatikan, kemudian menganggap hina orang
yang tak dipuji, tak disanjung, tak diperhatikan seperti dirinya. Dibilangnya
‘nggak level’. Lantas apabila manusia-manusia yang dianggap hina itu
ternyata-suatu saat nanti- dapat pekerjaan, jodoh, dan nasib yang lebih baik
dari dirinya, masihkah ia anggap hina manusia-manusia tersebut? Kita tak pantas
menghinakan permasalahan-permasalahan duniawi yang bisa berubah-rubah,
berbalik-balik keadaannya antara sekarang dan nanti. Dalam masalah duniawi,
beda waktu adalah beda masa kejayaan, tak bisa dibandingkan.
Coba
renungkan, simak, dan perhatikan.. Bukankah di atas langit masih ada langit?
Lantas dengan menjadi langit, pantaskah kita mencemooh lautan dan daratan?
Bukankah lautan dan daratan juga memberi kehidupan? Ketiga dari kami-langit,
darat, dan laut- memiliki fungsi yang sama pentingnya bagi kehidupan di bumi,
tak pantas bagi kami saling mencemooh, menertawakan, dan menghina satu sama
lain. Begitupun manusia seharusnya, pintar/bodoh, cantik-tampan/jelek,
kaya/miskin, semuanya diciptakan dengan fungsinya masing-masing, dengan
warnanya masing-masing. Tuhan selalu punya skenario terbaik bagi
hamba-hamba-Nya, tidak ada satu hal pun yang diciptakannya tanpa memiliki
fungsi dan manfaat bagi yang lainnya. Oleh karenanya, penting bagi kita untuk
tahu diri, sama-sama tahu diri dengan kelebihan dan kekurangan kita
masing-masing. Hidup harmonis dan berdampingan rukun satu sama lain. Tidak
mencemooh, mengejek, dan menghinakan yang lain. Karena kita sama, sama-sama
memiliki fungsi dengan ciri khas kita masing-masing, dengan warna yang kita
bawa masing-masing.
0 komentar:
Posting Komentar