RSS

Tahu Diri

Betapa mudahnya manusia menertawakan, mencemooh, dan menghina orang lain tanpa berkaca pada diri sendiri. Bilang orang lain bodoh, tak berbudaya, miskin, dan jelek, seolah-olah dirinya punya semua yang orang lain tak punya. Hanya karena salah satu mata kuliah dapat A tak lantas melegalkanmu untuk bilang bahwa orang lain lebih bodoh darimu. Hanya karena kau lulus UN dan lolos seleksi perguruan tinggi, tak lantas melegalkanmu untuk berkacak pinggang dan menengadahkan kepala di hadapan adik-adik kelasmu. Hanya karena kau dapat uang saku tambahan dari orang tuamu, tak lantas melegalkanmu untuk berfoya-foya dan menjajakan semuanya dalam satu waktu. Masih banyak lagi contoh-contoh yang tak mungkin kusebutkan semuanya di sini.
            Manusia dengan mudahnya sombong ketika meraih sedikit saja kesenangan dan kemudahan, begitu kemudian meremehkan, merendahkan orang lain. Tidak tahu diri. Bukankah ketika kita mendapat nilai terbaik di kelas, ada nilai yang lebih baik di kelas lain? Di jurusan lain? Di fakultas lain? Bahkan di universitas terbaik di dunia, ada yang jauh lebih pintar dengan mendapat nilai sempurna? Lantas mengapa kamu bilang dia goblok? Bukankah ketika kita dipuji orang-orang terdekat kita, mereka bilang kita cantik/tampan, ada yang lebih cantik/tampan di desa lain? Di kota lain? Di negara lain? Bahkan di sekolah model tingkat dunia? Lantas mengapa kamu bilang dia jelek? Masih banyak lagi bukankah, bahkan, dan lantas yang tak mungkin kusebutkan semuanya di sini.
            Begitu mudahnya manusia besar kepala ketika dirinya dipuji, disanjung, diperhatikan, kemudian menganggap hina orang yang tak dipuji, tak disanjung, tak diperhatikan seperti dirinya. Dibilangnya ‘nggak level’. Lantas apabila manusia-manusia yang dianggap hina itu ternyata-suatu saat nanti- dapat pekerjaan, jodoh, dan nasib yang lebih baik dari dirinya, masihkah ia anggap hina manusia-manusia tersebut? Kita tak pantas menghinakan permasalahan-permasalahan duniawi yang bisa berubah-rubah, berbalik-balik keadaannya antara sekarang dan nanti. Dalam masalah duniawi, beda waktu adalah beda masa kejayaan, tak bisa dibandingkan.

            Coba renungkan, simak, dan perhatikan.. Bukankah di atas langit masih ada langit? Lantas dengan menjadi langit, pantaskah kita mencemooh lautan dan daratan? Bukankah lautan dan daratan juga memberi kehidupan? Ketiga dari kami-langit, darat, dan laut- memiliki fungsi yang sama pentingnya bagi kehidupan di bumi, tak pantas bagi kami saling mencemooh, menertawakan, dan menghina satu sama lain. Begitupun manusia seharusnya, pintar/bodoh, cantik-tampan/jelek, kaya/miskin, semuanya diciptakan dengan fungsinya masing-masing, dengan warnanya masing-masing. Tuhan selalu punya skenario terbaik bagi hamba-hamba-Nya, tidak ada satu hal pun yang diciptakannya tanpa memiliki fungsi dan manfaat bagi yang lainnya. Oleh karenanya, penting bagi kita untuk tahu diri, sama-sama tahu diri dengan kelebihan dan kekurangan kita masing-masing. Hidup harmonis dan berdampingan rukun satu sama lain. Tidak mencemooh, mengejek, dan menghinakan yang lain. Karena kita sama, sama-sama memiliki fungsi dengan ciri khas kita masing-masing, dengan warna yang kita bawa masing-masing. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar