Bersyukur
About Technology?
Teknologi makin lama makin memudahkan kita dalam hal apapun di keseharian kita. Kita tidak perlu bercapek-capek jalan ketika kita hendak mencapai tujuan yang beberapa km jauhnya, sepeda motor dan mobil sudah memfasilitasi kita untuk bepergian jarak dekat, sedang, bahkan jauh. Kita tidak perlu bercapek-capek mengerjakan pekerjaan rumah ketika menyapu digantikan dengan kerja vacum cleaner, sedang mencuci pakaian dan piring bisa dengan mudah digantikan dengan kerja mesin cuci khusus pakaian dan mesin cuci khusus piring. Kita tidak perlu bersusah-susah memarut, menghaluskan bahan-bahan makanan ketika makin banyak jenis blender dan juicer yang ada di pasaran. Kita juga tidak perlu punya banyak buku ketika E-Book bahkan latihan soal ujian, semuanya ada di internet. Tidak perlu susah dan ribet mencatat catatan kuliah ketika Handphone-mu punya kamera, toh tinggal jepret saja. Tidak usah berpikir mendalam ketika mengerjakan presentasi, toh bahan tinggal copas dan presentasi tinggal tampilkan di LCD, tanpa perlu bersusah-susah menerangkan dan menulis di papan, baca saja materinya!
Kedokteran Lalu Teknik Nuklir
Di SMA aku menemui banyak sekali teman yang sama-sama ingin menjadi dokter, motivasi mereka pun bermacam-macam, ada yang ingin bahagiakan kedua orang tuanya, ada yang ingin membantu orang lain (loh bantu orang lain harus bgt ya jadi dokter? -_-), ada yang cuma 'prestise', dan banyak
lagi.
Di SMA, selain dokter, banyak juga yang mengimpikan untuk jadi engineer. ITS disebut-sebut mereka ketika hendak ditanya 'mau masuk mana?'. Oh iya, waktu itu, aku sudah beberapa kali 'sambang' ke ITS dalam rangka mengikuti olimpiade yang mereka selenggarakan, dan first impression aku ke ITS adalah biasa-biasa aja, gedung dan semua fasilitas di ITS ku anggap biasa-biasa aja, yang jadi nilai tambah bagiku buat ITS adalah mahasiswa dan dosennya yang memang cerdas-cerdas. Jadi, ketika itu aku menganggap ITS adalah gak recommended bgt, dan semua yang berbau teknik adalah gak banget.
Kebetulan waktu itu aku juga gak suka-suka banget sama yang namanya matematika atau fisika. Atau mungkin emang gak suka sama sekali? -_- Jadi aku makin ogah-ogahan ke teknik, dan tetap konsisten bercita-cita melanjutkan kuliah di kedokteran umum. FYI, sewaktu SMA, tiap ditanya 'mau masuk mana?' Aku selalu jawab 'FK'. Padahal setelah kusadari, FK terdiri dari kedokteran umum, kebidanan, keperawatan, dll. Nyatanya aku gak mau jadi bidan/perawat/lain-lain, aku cuma mau di kedokteran umum. Titik.
Seiring berjalannya waktu (ceileh), aku makin tersadar kalo sebenernya aku gak segitunya memaksakan kehendak untuk kuliah di kedokteran umum. Kuliah dan keterima di PTN aja udah syukur, karena kenyataannya saingan buat masuk Kedokteran Umum itu berat-berat, bro.
Bukannya putus semangat, apalagi putus cita-cita, sebenernya sewaktu SMA itu juga aku juga punya cita-cita tambahan yaitu jadi ilmuwan. Karena bidang yang ku tekuni di SMA adalah IPA, maka aku memutuskan untuk jadi ilmuwan di bidang apapun yang kutekuni di kuliah nanti, asalkan dalam ranah IPA, itulah kenapa aku ogah-ogahan kalo disuruh masuk psikologi, atau hukum, apalagi sosiologi, ew -_- Dari situlah, karena teknik berhubungan dekat dengan mapel-mapel IPA, aku mulai membuka mata hati pada teknik, siapa tau nanti jadi kayak B.J. Habibie kan? WKWKWK
Suatu kali, seorang guru lesku bercerita tentang teknik nuklir. Dia bercerita bahwa Indonesia juga punya reaktor, punya teknologi, serta SDM yang mumpuni di bidang nuklir. Dia menceritakan teknik nuklir UGM dan STTN, dari situlah aku makin tertarik dengan teknik nuklir.
Teknik nuklir berbeda, karena cuma satu di Indonesia. Bahkan negara tetangga kita, Malaysia, belajar teknik nuklir dari Indonesia, sampai mereka membuat pendidikan S2 Teknik Nuklir di Malaysia, padahal Indonesia belum.. Beginilah negara kita -_-
Lucunya, ketika Malaysia membuat pendidikan S2 Teknik Nuklir di sana, orang-orang kita-lah yang akhirnya belajar ke Malaysia, naloh? Dalam hal nuklir, orang-orang Indonesia cenderung kolot dan menyikapinya dengan melihat sisi negatifnya saja.
"Nuklir? Udah diajarin cara ngebom belum? Wah gak kena radiasi, tuh? Mandul? Harus cepet-cepet nikah dong ya?"
Sebenernya kalo boleh dan bisa, aku pengen sekali-kali ngedamprat mereka dengan bilang
"Bom? Palalu gue bom?"
Tapi beberapa waktu lalu aku sempet denger sih di berita, katanya 70% lebih orang Indonesia sudah setuju kalo mau dibikin PLTN di Indonesia. Tapi surveinya juga kan sample acak, yang kebenarannya gak mungkin 100%. Dan kalopun kebenarannya sampe 99% (tetep aja ga mungkin), terus ternyata presiden kita masuk di deretan orang-orang yang gak setuju dibangun PLTN, ya sama aja -______-
Teknik nuklir memang kontroversi, ga jarang juga kita ditanya
"Emang nuklir kerja dimana? Kan Indonesia gak ada PLTN?"
Dan untuk pertanyaan ini aku pengen jawab sesuai dengan yang dibilang dosenku
"Nuklir adalah ilmu yang mempelajari inti atom. Semua makhluk hidup bahkan tak hidup di dunia ini pasti punya inti atom. Jadi, nuklir bisa diterapkan di pekerjaan di bidang apapun, di makhluk hidup/makhluk tak hidup"
Tapi kepanjangan, dan pada akhirnya pertanyaan seperti itu hanya membuahkan jawaban
"hmmphhh" (menghela napas panjang)
Oh iya, FYI teknik nuklir itu sebuah prodi yang terdapat pada Jurusan Teknik Fisika, kita bagaikan sub jurusannya Teknik Fisika. Kalo mau tahu lebih, coba cek dan cari tahu di www.tf.ugm.ac.id
Karena masuk di Jurusan Teknik Fisika itulah, kita juga punya beberapa keahlian yang dipunya anak teknik fisika, sehingga kalo kita cari kerja kita bisa memperkenalkan diri sebagai anak teknik fisika, yang notabene lebih diterima dan dimaklumi di Indonesia.
Teknik nuklir tahun 2014 menerima 60 mahasiswa baru, mereka inilah yang jadi kawan kita di empat tahun mendatang, menjadi kawan saat suka dan duka. Sayangnya, sebanyak 7 orang teman kita memilih untuk tidak memasuki teknik nuklir dikarenakan lebih memilih STAN, FK (gatau FK mana), dll, Di teknik nuklir aku bertemu orang-orang yang absurd bgt, tapi pinter-pinter, rata-rata juara atau finalis olimpiade di kotanya, atau paling tidak berprestasi di bidang non akademik. But meh -_- Sedih bet.
Masih banyak lagi hal yang belum diceritakan tentang teknik nuklir dan peralihanku dari kedokteran menuju teknik nuklir. Tapi gak mungkin juga semua diceritain di sini.
Pada akhirnya, aku ngerasa kalo aku nggak salah jurusan, walaupun sampai sekarang actually I hate physics and mathemathics, but fine. I'll try to love those lesson. Nggak baik kalo aku harus ngulang SBMPTN atau UTUL tahun depan demi ambisiku masuk kedokteran umum. Buang-buang duit dan mengingkari apa yang udah dipilihin Allah buat aku. Yang paling penting adalah usaha dan doa, walaupun aku tahu kuliahnya susaaaaaaaah banget dan aku berasa begoooooo banget, tapi semuanya kan berproses. Bahkan kata mereka, untuk berjalan aja manusia butuh belajar sewaktu mereka kecil, ketika belajar mereka pasti jatuh, kesakitan, lalu menangis, tapi jika mereka tidak patah semangat dan terus mencoba, mereka akan dengan cepat bisa berjalan, kemudian berlari. Sama sepertiku, mungkin saat ini aku jatuh bangun, menangis melihat ketidak bisaanku akan apa yang kupelajari di kuliah ini, aku masih adaptasi, dan aku akan terus mencoba dan belajar sampai aku benar-benar bisa dan paham dengan apa yang diajarkan di Teknik Nuklir ini.
![]() |
Meskipun kuliah di TN, aku ga pernah bilang nuclear waste isn't a problem -_- |
Tahu Diri
Lari
Beauty and The Beast
Halo halo hai pembaca blogku yang tercinta!