Tiap orang pasti pernah ngelakuin
sesuatu yg disebut dengan ‘kesalahan’ kan? Ya, pasti!
Dan setelah melakukan kesalahan,
ada suatu ritual yg sebenarnya sangat mudah dilakukan, namun kebanyakan orang
tidak peka dengan hal ini, sebuah kata, yang disebut maaf.
Suatu hari ada seseorang
mengatakan “Orang yang baik adalah orang
yang berani meminta maaf, tapi orang yang lebih baik adalah orang yang mampu
memaafkan”. Saya yakin anda pasti pernah mendengar kata-kata ini, atau mungkin
kata-kata yang serupa dengan ini.
Kata-kata di atas memang benar,
ketika saya merasa saya mempunyai salah dengan orang lain, saya akan mengatakan
‘maaf’. Tapi ketika seseorang mengatakan ‘maaf’ kepada saya, semudah itukah
bilang ‘ya, saya memaafkanmu’.
Jika yang dimaksud dengan
memaafkan hanyalah sebuah kata-kata, akan sangat mudah melakukannya. Tapi
hakikat dari memaafkan lebih dalam dari itu. Memaafkan harus diyakini, ikhlas
lahir dan batin. Jika kamu masih mengingat-ingat kesalahan orang lain kepadamu,
padahal kamu sudah bilang bahwa kamu memaafkannya, berarti kamu belum
sepenuhnya memaafkannya, kamu hanya memaafkannya secara lahir, bukan
memaafkannya secara batin.
Pernah mengalaminya? Pasti
kebanyakan orang pernah mengalaminya, aku pun begitu. Seorang teman pernah
mengatakan suatu kata yang amat menyakitkan, setelah itu ia menyadari bahwa
kata-katanya membuatku sakit hati, ia meminta maaf, aku bilang ‘ya’.
Sesampainya di rumah aku masih merasa ‘jengkel’ dengannya. Nah, hal seperti ini
mestinya tidak dilakukan, kebanyakan dari kita berpikir bahwa meng-iya-kan
permintaan maaf seseorang adalah suatu formalitas, seperti kita membalas ‘how
are you?’ dengan ‘i’m fine, thanks u’. Hal ini tentu saja salah, kata-kata ‘how
are you?’ bisa dibalas dengan ‘i don’t really good’, jika memang keadaannya
seperti itu. Sama halnya dengan kata-kata ‘maafkan aku’, kita bisa saja
mengatakan ‘tunggu, aku masih mempertimbangkannya’, terdengar aneh bukan? Tentu
saja, karena kita tidak pernah membiasakannya. Bagaimana jika ia menganggap
kita sok-sok an atau menyebalkan atau semacamnya? tetap tenang. Setelah
memberikan jawaban tersebut, kendalikan emosi, ingat saja kebaikan-kebaikannya
pada kita dan lupakan kesalahan-kesalahannya yang pernah dilakukannya,
terdengar sulit bukan? Memang inilah bagian tersulit dari memaafkan, lagi-lagi
jawabannya hanyalah menenangkan pikiran dan berprasangka baik, jika perasaan
kita sudah benar-benar netral, kita bisa saja menghampirinya, dan mengatakan
‘aku sudah memaafkanmu’.
Ada satu catatan lagi, nih. Jika
kesalahan yang dilakukan oleh orang lain kepadamu adalah hal-hal sepele,
seperti menjatuhkan barangmu, atau tidak sengaja menyenggolmu, tidak ada
salahnya jika langsung meng-iya-kan permintaan maafnya. Hal-hal seperti ini kan
tidak perlu membuatmu sakit hati ;)
0 komentar:
Posting Komentar